Social Icons

twitterfacebook

Pages

Featured Posts

Rabu, 27 November 2013

Pendakian Gunung Lawu (3265 MDPL) 8-10 November 2013

Sore itu memang hujan, bersamaan dengan beberapa kesibukan saya dikampus, sebelum bersenang-senang (jalan-jalan) saya sengaja mengejar deadline tugas yang lumayan banyak. Sore itu saya telat sampai terminal Giwangan Jogjakarta, niat hati mau berangkat bersama ke kaki Gunung Lawu, karena kami menggunakan trans Jogja alhasil saya dan satu orang teman, “bang suluh” diajak secara tidak langsung mutar-mutar jogja. Puyeng sih, Jarak tempuh yang harusnya kurang lebih setengah jam dengan sepeda motor tapi menjadi satu setengah jam, sms dan telfon berdatangan dari salah satu panitia pendakian massal gunung lawu bersama Backpacker Indonesia Regional Jogja. Sampai di giwangan jam 6 sore, kami langsung berangkat ada beberapa orang juga yang telat sedangkan yang lain udah berangkat duluan dengan bus yang berbeda. Tujuan kami kali ini ke kota Solo, dengan jarak tempuh kurang lebih dua jam. Sampai di solo sudah menunggu teman-teman baru saya, ada sekitar 28 orang yang akan ikut dalam pendakian ini. Kami langsung melanjutkan perjalanan dengan bis yang berbeda kearah perbatasan jawa timur dan jawa tengah. Tujuan kami adalah kaki gunung lawu melalui jalur Cemoro Sewu. Jam 10 malam sampai di Basecamp, warung dimana kami akan mengemas ulang barang bawaan dan logistik ke puncak nanti.
Sesaat sebelum berangkat
Ini pendakian pertama saya di pulau Jawa, gunung Lawu salah satu gunung yang lumayan populer bagi pendaki dengan ketinggian sekitar 3265 MDPL, tidak aktif, memiliki vegetasi tumbuhan yang sangat beragam disepanjang jalur pendakian dan sangat dikeramatkan, tidak heran saat pendakian bukan hanya anak muda yang mendaki tapi warga sekitar bapak-bapak dan ibu-ibu bahkan anak-anak juga ikut mendaki untuk melakukan ziarah.

Sekitar jam 12 malam dengan diawali doa dipintu rimba, kami memulai langkah. Jalur daki sangat jelas dan berbatu tertata rapi. Awal perjalanan jalur ditumbuhi oleh pohon - pohon cemara, karena lebatnya hutan cemara yang tumbuh maka daerah ini dinamai Cemoro Sewu ( Seribu Cemara ). Pendakian dibagi menjadi 4 kelompok, saya dan 6 orang lainnya bergabung di kelompok 3 kami akan melewati 5 pos hingga sampai kepuncak.

Perjalanan ke pos 1 tidak terlalu terjal, saya tidak terlalu mengetahui kondisi kiri dan kanan saya karena hanya ditemani senter dan fokus kedepan, sebelum pos 1 kami sempat istirahat didekat Sumber Air Wesanan, mbah saraf kami memanggilnya dia merupakan ranger kami kali ini, dengan kulkas besar yang dipikulnya serta gentongan sapi yang bergelayutan disisi tasnya mengeluarkan bunyi unik menemani langkah kami malam itu, dikeluarkan lah derijen air kecil dari kulkasnya itu untuk sekedar mengambil air bersih disana.

Jalur pendakian sedikit demi sedikit akan semakin menanjak seiring kita memasuki kawasan hutan. Berjalan kembali kurang lebih 60 menit kita bertemu dengan pos 1. Disini terdapat warung disisi kiri dan kanan jalan tapi karena sudah malam warung ini ga buka. Inilah keunikan dari gunung lawu banyak terdapat warung sepanjang jalur, dan yang paling terkenal adalah Warung Mbok Yem di ketinggian 3100 mdpl yang nanti akan kami cicipi nasi pecelnya, khas mpok Yem dipuncak gunung lawu.

Beranjak dari pos 1 jalur makin curam, dinginnya malam mulai menusuk, kabut juga mulai menghampiri kami diselingi dengan deru angin gunung yang menambah suasana kalau kami sedang berdampingan langsung dengan alam. Jalur kali ini terasa sangat lama, kami beberapa kali istirahat. Mbah saraf pun merelakan kulkasnya dibawa oleh bang suluh saking beratnya track kali ini.

Sekitar 90 menit kita akan sampai di pos 2. Dataran cukup lebar bisa untuk mendirikan tenda dan bermalam tetapi tidak terdapat mata air di pos ini. Jam 4 pagi saya dan kelompok lainnya sampai disini, sebentar lagi mentari akan menyembulkan cahayanya. Kami akan istirahat disini, bergegas mendirikan tenda dan mengeluarkan beberapa logistik untuk memasak sarapan pagi kami. Lembayung matahari terbit sangat indah disela-sela perbukitan sejauh mata memandang, masih lumayan gelap juga. Alangkah terkejut kami ketika pagi Pos 2 tak ubahnya seperti TPA, sampah menumpuk dimana-dimana, katanya pada 1 Suro pendakian sangat ramai, efeknya sebanding dengan banyaknya sampah yang dihasilkan. Lagi-lagi saya teringat, kata-kata salah satu teman, kami sempat kenalan waktu ngetrip ke salah satu daerah di Medan waktu itu, WNA dari Francis yang kerja dimedan dia sangat mengagumi keindahan Indonesia khusus Sumatera, “tapi kalian ga mampu menjaganya, lihat itu sampah berserakan dimana-dimana sangat disayangkan” katanya dengan nada emosi. Di Pos 2 ini ada bangunan untuk istirahat nampak dipenuhi corat-coret tangan jahil, banyak coretan dengan kata-kata “Lestari” tetapi mereka ga sadar tulisan itu malah merusak.

Pos 2

Matahari terbit disisi tenda

Sarapan pagi di Pos 2
Jam 9 pagi kami gerak menuju Pos 3, Selepas pos 2 jalanan akan semakin menanjak dengan kemiringan yang cukup curam, disini fisik dan mental benar benar diuji. Disinilah indahnya pendakian itu ku rasa, bukan berusaha menaklukan puncak yang jauh diatas sana. Tapi bagaimana menaklukkan diri sendiri, disinilah kita merasa kecil sebegitu dasyatnya alam semesta ciptaan Tuhan ini. Tidak ada yang bisa kita sombongkan. Bebatuan yang menanjak membuat kita tahu kemampuan diri sendiri, kapan akan berhenti dan melangkah lagi, kapan kita mengatur nafas, istirahat dan mulai berjalan lagi. Dan semua itu cuman bisa kita rasakan ketika mendaki, banyak orang menganggap ini hobi yang sia-sia. Kalau saya tidak pernah mencoba mungkin saya juga akan mengatakan hal yang sama.

Entah udah berapa lama kami berjalan jam 11.00 kurang kami menjumpai pos 3. Selepas kawasan pos 3, kita akan mendapatkan track yang sangat menanjak, dari sekian jalur menurut kami ini adalah jalur terberat di jalur cemoro sewu, saya dan beberapa teman lainnya banyak istirahat disini selain pemandangannya juga indah. dari jauh kelihatan telaga, sepertinya itu telaga Sarangan. Di jalur ini kita juga akan disuguhi pemandangan beberapa Edelweis nan anggun tumbuh disela-sela bebatuan tebing curam.

Menuju Pos 4

Edelweis disekitar jalur menuju pos 4
Menuju Pos 4 jalur menanjak, merangkak pada batu-batuan dan beberapa jalur dilengkapi pegangan besi untuk mengatur keseimbangan. Pos 4 hanya berupa tempat datar yang sempit yang berada di cerukan tebing batu berwarna putih, tapi pemandangannya sangat indah serasa diatas awan, angin disini juga cukup kencang. Tidak kami lewatkan begitu saja momen ini dengan mengabadikannya dalam jepretan kamera.
Pos 4

Penampakan di Pos 4
Setelah melewati Pos 4 kita sudah berada dilereng yang curam, tidak jauh beda dengan jalur sebelumnya disini juga lumayan berat, perlahan lahan berjalan kita akan keluar dari lingkupan hutan, vegetasi tumbuhan mulai berubah lebih banyak ilalang dan tumbuhan perdu disini, di Pos 5 ada satu warung juga kami memutuskan melanjutkan perjalanan saja, walaupun perut terasa lapar, track bonus mendatar banyak kami jumpai, ini menandakan kami akan segera sampai di sendang drajat. Pemandangan lepas nan indah, nyamannya mata memandang awan bergulung di bawah kaki kita, kota kota bak mainan kecil di hadapan megah semesta raya. Sungguh indah, cuaca sangat mendukung.


 Warung di Pos 5

Menuju Sendang drajat, pemandangannya sangat indah

Amazing...!!!!! Im above the clouds.

Sekitar Jam 3 sore kami di Pos Sendang Drajat, ini tempat untuk kami mendirikan tenda dan bermalam nantinya. Disini terdapat mata air, warung, sebuah goa buatan kecil, dan toilet walaupun dengan keadaan kotor dan tidak terawat. Saya dan teman-teman lain memesan teh hangat dan nasi pecel untuk mengisi perut yang kosong sekalian makan siang walaupun telat. Kami nikmati suguhan makanan dari sepasang suami istri yang lumayan berumur pemilik warung (ga gratis ya hehehe) sembari menunggu kelompok lain datang.

Mendirikan tenda di Sendang Drajat

Semakin sore udara semakin dingin, wajah, tangan dan kakiku serasa beku ketika berwudhu sore itu. Setelah makan malam kami istirahat dan melanjutkan perjalanan menuju puncak lawu esok pagi.

Pagi-pagi warna lembayung keemasan menyembul disisi barat tenda kami, saatnya kami bergegas ke puncak dengan berjalan kurang 60 menit kami sampai di puncak lawu Hargo Dumilah 3265  MDPL . Sudah banyak pendaki dipuncak pagi itu, kami abadikan momen sunrise dipuncak.
 Lembayung keemasan menyembul disisi barat tenda



Hari Pahlawan (10 Nop di puncak Gn. Lawu)


Wajib narsis

Setelah puas berfoto-foto kami lanjutkan sarapan ke warung tertinggi di Pulau Jawa, warung Mbok Yem (3100 MDPL), lalu Hargo Dalem, sebuah petilasan dan makam peninggalan dari Prabu Brawijaya (Raja terakhir Kerajaan Majapahit). Konon disinilah tempat Prabu Brawijaya "Muksa", Menghilang dengan seluruh jasadnya. Lalu diakhiri dengan Rumah Botol, rumah unik karena bahan material untuk membangunnya bukan dari bahan-bahan yang lazim digunakan untuk membangun rumah, rumah unik ini di bangun dari limbah, yaitu limah botol bekas air mineral dan beberapa kaleng bekas minuman yang disusun sedemikian rupa menjadi bentuk rumah. Dan rumah ini bisa dihuni, terlihat dari pintu yang terkunci rapat, dengan gembok yang sudah aus dimakan waktu.


Mpok Yem dan cucunya (bocah termuda pendaki gn. Lawu)

Rumah Botol
Akhirnya tiba saatnya untuk turun, perjalanan kali ini akan kami tempuh dalam waktu 4 jam lebih sampai basecamp di kaki gunung lawu dengan jalur yang sama Cemoro Sewu. Beberapa kali saya mendaki, pulangnya pasti akan semakin akrab dan serasa keluarga sendiri, entah kenapa bisa begitu. Terima Kasih banyak BPI regional Jogja dan teman-teman baru ku yang ga bisa disebutkan satu persatu. Sampai bertemu ditrip selanjutnya.
Kelompok 2 turun gunung



 Jalan pulang

Terima kasih banyak kawan...!!!!





Sabtu, 26 Oktober 2013

Chord Dygta Karena Ku Sayang Kamu

Intro : C G F G
        C G F G


c              G             F
Seandainya kau ada disini denganku
        G
Mungkin ku tak sendiri
C             G             F
Bayanganmu yang selalu menemaniku
  Dm          G  F  
Hiasi malam sepiku
             G
Kuingin bersama dirimu

reff:
              F                  G
Kutak akan pernah berpaling darimu
        Em             Am
Walau kini kau jauh dariku
             Dm
Kan selalu kunanti
        G          
Karena kusayang kamu


musik : C Am Dm G

C             G             F
Hati ini selalu memanggil namamu
       G
Dengarlah melatiku
C              G               F
Kuberjanji hanyalah untukmu cintaku
       G                  f
Takkan pernah ada yg lain

F              Em
Adakah rindu di hatimu
Dm                G
Seperti rindu yg kurasa
Dm                  Em
Sanggupkah kuterus terlena
    F
Tanpamu di sisiku
  Dm         G        C
Kukan selalu menantimu

 

Total Pageviews